Selamat Datang

SELAMAT DATANG DI BLOGNYA EKO SUPRIYADI. . MARI SILAHKAN . . .

Sabtu, 20 Oktober 2012

Puncak Suroloyo, Kiblat Pancering Bumi Tanah Jawa

Puncak Suroloyo merupakan salah satu tempat yang sangat ingin saya kunjungi sejak lama dulu. Puncak tertinggi di perbukitan Menoreh, terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, sekitar 40-45 km dari kota Yogyakarta. Menurut cerita dari temen2 yang udah pernah kesana plus pengetahuan hasil browsing, pemandangan di puncak Suroloyo sangat mengagumkan, bisa menikmati keindahan sunrise & sunset yang sungguh menawan! Namun akses jalan menuju kesana cukup menantang juga. Lantas apa yang dimaksud dengan  Kiblat Pancering Bumi Tanah Jawa? Ini merupakan salah satu mitos masyarakat sekitar bahwa puncak ini adalah titik pusat Pulau Jawa jika ditarik garis dari utara ke selatan dan dari timur ke barat Pulau Jawa. Selain itu, menurut cerita puncak Suroloyo ini menjadi tempat pertapaan Sultan Agung Hanyokrokusumo setelah mendapat wangsit untuk menjadi penguasa tanah Jawa. Semakin penasaran, akhirnya tanggal 25 September 2012 kemarin saya meluruskan niat untuk mengunjungi tempat itu. Ini ceritaku.

Berbekal pengalaman bersepeda ke Samigaluh bersama tim BDBF (Bakul Dawet Bike Fighter), 11 Oktober 2011 lalu, saya menjadi tahu rute menuju puncak Suroloyo via Godean. Untuk memastikan rute dan situasi Puncak Suroloyo, saya sempat browsing mengenai tempat itu. Lumayan lah buat gambaran awal secara garis besar sudah tahu situasi dan kondisinya. Antisipasi biar ga kemaleman, saya berangkat dari rumah (Demangan, Jogja) pukul 14.05 bersama pacar. Saat itu matahari masih terik, melintasi sepanjang jalan godean dengan arus lalu lintas yang cukup padat. Tak lupa mampir pom bensin biar si Vixion ga kehausan di puncak sampai balik kerumah lagi. Di awal perjalanan saya merasa tekanan angin ban motor agak kurang, namun saya jalan terus toh sudah sempat baca di salah satu web jalan menuju puncak sudah beraspal semua. Olrait. Lanjuuut.

                   
Suguhan Panorama di Perjalanan

Sampai di daerah Godean bagian barat, kami melintasi jalan dengan suguhan hamparan pematang sawah hijau nan menyejukkan. Di depan sudah menjulang barisan pegunungan seribu yang nampak gagah. Setelah menyeberangi sungai Progo, sampai sudah kami di kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Muka pegunungan semakin dekat dan kami pun mulai menanjak menerabas naik menuju ketinggian. Di sepanjang perjalanan setelah itu saya bercerita kepada pacar saya tentang pengalaman bersepeda melewati tanjakan yg cukup WOW. Setelah merasakan tikungan2 tajam plus berbagai tanjakan, akhirnya kami sampai juga di tempat persinggahan terakhir waktu saya bersepeda. Rute selebihnya menuju puncak Suroloyo saya belum tahu menahu sama sekali. Andalan satu-satunya yaitu mengikuti arah plang penunjuk jalan menuju puncak Suroloyo yang jaraknya masih 8 km lagi.

Plang Penunjuk Arah

Setelah melihat arah plang penunjuk jalan itu, tanpa ragu saya langsung banting stang ke kanan mengikuti kelokan jalan yang masih asing. Kira-kira 200 meter dari persimpangan saya dikejutkan oleh tanda peringatan bahwa jalan ditutup dan dialihkan ke kiri karena ada pemeliharaan jembatan. Waduh. Sempat berhenti sejenak di situ, berfikir untuk menentukan pilihan rute perjalanan selanjutnya. Setelah berdiskusi dalam diri dengan perhelatan batin, akhirnya saya memutuskan untuk menerjang peringatan itu, tak peduli saya terus jalan menyusuri jalan utama. Niatnya sih cuma pengen liat seperti apa proyek pemeliharaan jembatan nya (naluri teknik sipil), terus kalo uda mentok ya balik lagi ke tanda peringatan itu dan lewat jalan alternatif. hehehehe. Tapi secara tidak sengaja waktu kami berhenti di samping tumpukan material ujung proyek jembatan itu, ada motor dari arah berlawanan seberang jembatan yg putus "mlipir-mlipir" dan akhirnya melewati motor saya. Saya panggil tuh mas-mas, "bisa lewat situ to mas?" tanyaku. Walaupun sebenarnya saya sudah tau bisa orang masnya sudah lewat di belakang motorku. Ternyata disitu ada jembatan darurat terbuat dari bambu dan bisa dilewati untuk menuju seberang proyek jembatan yg lagi dibangun. Oke deh, gak jadi balik lagi untuk lewat jalan alternatif karena pikirku jalan alternatif itu rata-rata lebih susah trek nya. Lanjuuut.

Peringatan Pengalihan Jalan

Pembangunan Jembatan

Setelah melewati proyek jembatan tadi, motor terus saya pacu mengikuti jalan yang cuma ada satu. Berkelok-kelok dan menanjak namun sejauh ini kondisi jalan masih bagus, cukup lebar juga. Lama-lama jalan semakin menyempit dan tanjakan juga semakin ekstrim. Kanan-kiri jurang tanpa ada pembatas jalan, rumah penduduk pun semakin jarang. Tak peduli sudah terus kutarik gas sampai akhirnya saya mulai ragu karena suasana sekitar mulai seperti hutan. Kebetulan ada ibu-ibu sedang mencari kekayaan alam (kayu bakar), saya pun bertanya kepada beliau dan ternyata kami berada di jalan yang benar untuk menuju ke puncak Suroloyo. "Masih sekitar 6 km lagi mas, naik ke atas", jawab Ibu itu. Saya mengucapkan terimakasih dan kembali melanjutkan perjalanan. Semakin menuju ke puncak, jalan semakin parah saja kondisinya. Memang beraspal tapi aspalnya sebagian besar sudah pada ilang, yang tersisa hanya kerikil-kerikil dan bebatuan. Itu membuat saya merasa iba dengan ban si Vixion yang memang lagi sedikit kekurangan angin. Sambil terus berdoa supaya tidak terjadi masalah pada ban maupun komponen motor lainnya, saya terus merangkak naik, berkelit menghindari lubang atau bebatuan tajam. Sampai saya menemukan sebuah rumah yang berada di pojok persimpangan. Ini lurus atau belok ke kiri? Pacar saya dengan pedenya merujuk ke arah kiri dan saya pun bertanya apakah ada penunjuk jalan? mungkin saya terlewat tidak melihatnya. Dengan santai ia menjawab, "feeling aja". Saya cuma terdiam dan memilih untuk bertanya pada penghuni rumah untuk memastikan kebenarannya. Ternyata feeling nya tepat! =)

Kondisi Jalan yang Masih Relatif Bagus


Kondisi Jalan Semakin Parah Menuju Puncak

Berdasarkan arahan dari warga sekitar penghuni rumah tersebut, kami masih harus naik lagi sampai ketemu pertigaan terus belok kiri, nah udah nyampe. Berarti tinggal bentar lagi. Pancal! Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada bapak-ibu itu. Seperti yang terlihat di gambar, jalan semakin terjal dan berliku. Terus melaju akhirnya kami sampai di pertigaan, langsung belok kiri dan terus mengikuti jalan terjal yang cukup bikin pegel tangan. Sampai akhirnya ada petunjuk jalan ke arah puncak Suroloyo 1,6 km lagi, lanjuuut ketemu sama pos penjagaan retribusi namun kondisinya sangat tidak terawat pun tidak ada penjaganya juga. Yasudah saya langsung melengos saja, eh berhenti bentar dink buat ambil foto.. hehehe.

Plang arah dan Pos Retribusi

Setelah melewati pos retribusi, kami sudah memasuki area puncak Suroloyo. Terpana melihat pemandangan yang sangat indah. Rasa pegel pun serasa ilang. Disambut juga oleh patung Punokawan (Bagong, Semar, Gareng, Petruk). Kami melihat sebuah bukit dengan deretan anak tangga untuk menuju ke puncak. Saya berspekulasi bahwa itulah puncak Suroloyo. Tanpa pikir panjang saya mencari parkiran motor, minum air mineral dulu, baru mulai menginjaki anak-anak tangga. Untung saja Ibu tangga sedang tidak disitu, kalo iya bisa digebukin ntar aku udah nginjak-injak anaknya.. =P  Oia, perjalanan dari rumah sampai tempat ini memakan waktu 1,5 jam. Harus diperhatikan buat rencana pulang nanti biar gak kemaleman. Serem pulang malem2 melewati medan seperti itu. Okelah, Naik!

Satu anak tangga, 2 anak tangga, 3 anak tangga... sampai 277 anak tangga (pacar saya yang ngitung) kami lewati dan akhirnya sampai juga di puncak yang ada pendoponya. Yang konon tempat ini menjadi tempat pertapaan Sultan Agung. Dari atas pemandangan kota magelang (kayaknya) di sebelah utara terlihat jelas. Bahkan candi Borobudur pun terlihat. Pada awalnya sih saya tidak yakin kalo itu candi borobudur, namun sepertinya memang iya itu borobudur. Dari referensi yang saya baca, dari puncak Suroloyo kita juga bisa melihat 4 gunung sekaligus yaitu Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing. Ke arah selatan juga bisa melihat pantai Glagah. Namun cuaca saat itu berawan dan gunung maupun pantai tidak terlihat oleh mata. Hanya candi borobudur.. :) Rencana mau lihat sunset pun terancam gagal karena memang cuaca tidak mendukung, tertutup awan! Yasudah kami pun hanya mengobrol, poto2, sambil menikmati pemandangan dari pendopo puncak Suroloyo. Ada 2 rombongan yg saat itu juga sedang berada di puncak.

Menaiki Anak Tangga


Pemandangan Dari Puncak Suroloyo


Di Pendopo Puncak Suroloyo

Setelah puas menikmati keindahan alam dari puncak Suroloyo sambil poto2, kami pun kembali menuruni anak tangga yang berjumlah 277 anak tangga itu. Sampai di parkiran istirahat sebentar, minum, terus aku coba ngobrol sama Ibu penjaga warung+parkiran. Dari obrolan tersebut saya mengetahui bahwa di seputaran tempat itu terdapat 3 puncak yang masing-masing ada pendoponya, yaitu Puncak Suroloyo, Puncak Sariloyo, dan Puncak Kaendran. Sebenarnya ketiga puncak ini adalah tempat pertapaan, dan yang paling terkenal serta paling tinggi adalah pertapaan Suroloyo dimana dulu Sultan Agung Hanyokrokusumo bertapa ditempat ini untuk menjalankan wangsit yg datang padanya. Jarak ketiga pertapaan itu tidak jauh, Suroloyo-Sariloyo sekitar 200 meter, sedangkan Sariloyo-Kaendran sekitar 250 meter. Si Ibu itu juga bilang bahwa saat akhir pekan,  malam tahun baru dan malam 1 Suro tempat ini ramai sekali dikunjungi orang. Minggu kemarin juga ada rombongan yang nge camp di halaman sekitar puncak, ucapnya. Rata-rata orang dari luar jogja, dan saya sempet diejek ibu itu karena baru pertama kali mengunjungi Puncak Suroloyo padahal saya asli orang Jogja, hehehe. 

Sebenarnya kami pengen berada diatas ketiga puncak itu, tapi waktu sudah semakin sore dan saya tidak mau ambil resiko pulang saat hari sudah gelap karena memang cukup ngeri juga treknya apalagi gelap2. Akhirnya hanya di puncak Suroloyo dan Sariloyo saya meninggalkan jejak kaki. Puncak Sariloyo merupakan puncak tertinggi kedua setelah Suroloyo dan diikuti Puncak Kaendran yang paling rendah. Untuk menuju kesitu pasti melewati tempat yang bernama Tegal Kepanasan. Suatu tempat semacam taman dengan tempat duduk dari beton dengan bangunan menyerupai gardu pandang yang terbuat dari kayu. Sempat berhenti sejenak disitu, bertanya2 tempat apakah ini? dan akhirnya aku mengetahui bahwa di Tegal Kepanasan itu terdapat tugu pembatas provinsi DIY dengan Jawa Tengah. Setelah ambil gambar kami pun mulai menaiki anak tangga menuju puncak Sariloyo. Terdapat sejumlah 142 anak tangga (pacar saya lagi yang ngitung). Rajin sekali ya ngitungin setiap anak tangga di 2 puncak.. wis ben umbar wae. . =P


Tegal Kepanasan

Sampai di puncak Sariloyo yang juga ada pendoponya, kami cuma duduk2. Mau poto2 batre kamera abis, padahal bawa 2 kamera. hehehe, payah! kurang persiapan. Di pendopo Sariloyo kondisinya kurang terawat, kotor. Ditempat ini juga ada Flying Fox nya! tempat pendaratan di Tegal Kepanasan tadi. Tapi gak tau deh masih dipake atau gak, kayaknya sih masih di hari dan jadwal tertentu saja. Tanpa peralatan apapun saya mencoba main Flying Fox! Ini nih fotonya, please don't try this at home! (cuma apus-apus doang)  =D


Flying Fox

Tidak banyak waktu yang kami habiskan bersama di puncak Sariloyo karena hari sudah petang. Saya putuskan untuk turun dan pulang, belum sholat ashar juga. Di perjalanan pulang kami mencari masjid/mushola untuk sholat tapi jarang, ada pun itu semacam langgar yang cukup horor. Terus saja menuruni medan terjal berbatu dengan motor sampai bahu tanganku pegel menahan berat badan sendiri dan yg membonceng saya. Sempet bingung jalan pulang juga, tanya orang malah ditunjukkan ke arah yang salah. Aku sih udah menyadari kalo salah melihat kanan kiri kok asing sekali, kayaknya tadi gak lewat sini (pikirku). Terus aku tanya warga lagi dan saya pun putar balik motor dan papasan sama orang yang tadi ngasih jalan salah. Nyengir aja dia, sompret! Kami berada di jalur yang benar, masih mencari2 tempat untuk sholat. Akhirnya saya melihat tanda ada masjid, langsung saya masuk ke gang, parkir motor, ambil air wudhu, sholat ashar walaupun masjid yg lain sudah mengumandangkan adzan maghrib. Sekalian sholat Maghrib, selesai sholat muadzin baru masuk masjid kemudian adzan..  -__-  Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan pulang, jalan terjal sudah terlewati dan akhirnya sampai di persimpangan yang ada plang penunjuk arah. Sudah lega karena jalan selanjutnya sudah lebar dan halus walaupun tikungan tajam plus turunan masih menghadang. Tapi setidaknya jalurnya sudah cukup ramai. 

Sebuah pengalaman seru pada hari itu. .  =)







2 komentar:

  1. mau tanya rute secara rinci dari arah jogja menuju puncak suroloyo gimnanya ya? terimakasih.

    BalasHapus
  2. Kalo pas cerah apik tenan yo...
    Pas saya ke sana kemaren mendung eh...

    MENGGAPAI ANGKASA

    BalasHapus