Selamat Datang

SELAMAT DATANG DI BLOGNYA EKO SUPRIYADI. . MARI SILAHKAN . . .

Selasa, 27 Maret 2012

Demonstrasi atau Perang?

Pulang dari aktivitas kampus dengan membawa penat, sedikit pusing setelah bimbingan skripsi yang masih samar-samar ditambah beberapa masalah yg cukup memenuhi pikiran. Pokoknya sampai rumah mau langsung tiduran, dengerin musik, nonton film sambil "ngadhemke pikir". Tapi itu semua gak kesampaian gara-gara dari dalam diri tergelitik keinginan untuk mengetahui kondisi dan situasi demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM yang hari ini dijadwalkan bakal terjadi besar-besaran serentak di Indonesia. Alhasil langsung colokin modem dan nyalain tipi, kemudian saya tercengang melihat siaran berita di televisi. Ini demo atau perang?


MIRIS! saat melihat tayangan video berita dari salah satu televisi swasta yang menggambarkan peristiwa bentrokan antara mahasiswa demonstran dengan aparat kepolisian. Mahasiswa dengan lemparan batu, lontaran potongan bambu, dan botol melawan polisi dengan gas air mata, water cannon, peluru karet, bambu, dan tamengnya. Melihat keberingasan kedua kubu yang tak pandang bulu mencari sasaran korban. mahasiswa yang tertangkap dipukuli juga oleh aparat saking emosinya. Padahal demostrasi yang terjadi di depan stasiun gambir itu banyak juga mahasiswi-mahasiswi turut serta ingin menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Saya melihat peristiwa mahasiswi terkulai lemah bergelantungan di pundak mahasiswa sambil menghindari serangan dari aparat polisi. Sempat juga membaca berita dari sebuah sumber kalau ada mahasiswi yang terinjak saat kerusuhan terjadi. Sebenarnya apa penyebabnya kok bisa sampai seperti itu? Mereka paham gak sih apa arti demonstrasi itu? apakah demonstrasi itu harus rusuh?

Demostrasi sering juga disebut dengan istilah unjuk rasa. Menurut Wikipedia, definisi demonstrasi adalah bentuk tindakan tanpa kekerasan oleh kelompok-kelompok orang yang mendukung suatu sebab politik atau lainnya, biasanya dilakukan dengan berjalan kaki dan pertemuan (rapat umum/rally) untuk mendengarkan orasi para pembicaranya. Penekanan istilah tanpa kekerasan (nonviolent) menunjukkan bahwa demonstrasi seharusnya dilakukan tanpa menggunakan kekuatan otot, perusakan atau perlawanan fisik/senjata (fight), tetapi dengan kemampuan intelektual. Demonstrasi sebagai media untuk menyalurkan aspirasi tanpa melalui jalur resmi untuk mendapatkan titik temu di antara pihak pendemo dan pihak yang di demo.

Penjelasan di atas adalah gambaran sebuah demonstrasi yang sebenarnya. Namun dalam kondisi yang penuh tekanan seperti peristiwa hari ini, mungkin kesal karena aspirasinya tidak digubris oleh pemerintah atau ruang lingkup gerak para demonstran sangat dibatasi, demonstrasi berubah menjadi kerusuhan, perkelahian, perusakan fasilitas sehingga definisi demonstrasi sudah tidak tepat untuk gerakan yang seperti itu. Bukan lagi demonstran tetapi perusuh! Tentu saja aparat melakukan tindakan refresif untuk mengatasi situasi yang tidak terkendali.

Entah apa yang menyebabkan awal mula kerusuhan itu terjadi. Ada sebuah berita mengabarkan kalau mahasiswa demonstran tidak lolos sweeping karena mereka membawa batu, botol, sampai bom molotov. Lha itu mau demo atau mau perang, bung? Polisi juga gak mau ketinggalan, mereka bersiap dengan peralatan lengkap didukung oleh kendaraan water cannon, gas air mata, bahkan petasan jenis air mancur untuk membubarkan aksi mahasiswa. Di sana juga telah bersiap anggota TNI yang bersenjata lengkap untuk meredam aksi mahasiswa. Ini cukup konyol juga menurut saya. Ngapain TNI turut dikerahkan? Udah siap tempur, mungkin. Sekalian aja Tank dan jet tempurnya dikeluarin, hehehe.


Demo, kalau dari saya sendiri sih kurang berminat dan belum juga sekalipun ikut demo. Walaupun begitu saya tetap memberikan apresiasi kepada mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi dan orasi menolak kenaikan harga BBM. Saya yakin dibalik kerusuhan itu pasti ada oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab memprovokasi massa untuk melakukan tindak kerusuhan. Tidak semua mahasiswa demonstran melakukan aksi dengan niatan ingin rusuh. Mereka hanya ingin memperjuangkan rakyat kecil yang sudah pasti akan tambah melarat kalau harga BBM naik tanpa adanya solusi lain. Mereka para mahasiswa rela berjuang bahkan ketika mereka tahu tuntutan mereka tidak akan diperhatikan oleh pemerintah yang berkuasa. Salut untuk kalian semua, HIDUP MAHASISWA!!!

Kalau besok mau ngadain aksi lagi, saya berharap ga ada kerusuhan yang merusak fasilitas dan bentrokan hingga timbul korban. Jangan anarkis lah, kita kan mahasiswa yang terpelajar, bukan preman yang rusuh. Kembali ke definisi demonstrasi yang sebenarnya, tanpa kekerasan. Sebenarnya para polisi yang bertugas mengamankan demonstrasi itu menahan keluhan hatinya, terutama saat polisi itu berhadapan secara fisik dengan para demonstran. Toh, mereka juga kena imbas dari kenaikan harga BBM. Mereka hanya menjalankan tugas, walaupun sebenarnya batinnya juga tidak setuju dengan rencana kenaikan harga BBM tersebut. Berikut ada kutipan tulisan seorang polisi yang menggambarkan "isi hati" polisi saat menanggapi aksi unjuk rasa yang cenderung anarkis :


Kalau kami boleh demo, kami lebih depan dari Anda hai mahasiswa
Kalau kami boleh bicara, kami bicara lebih lantang dari Anda wahai mahasiswa
Andai kalian tidak anarkis, kami tidak akan berdiri tegap, namun berangkulan dengan Anda wahai mahasiswa
Apakah kalian tidak paham bahwa kami juga merasakan pahitnya jika harga melambung tingi
Kalian pikir keluarga kami makan peluru

2 komentar:

  1. wahahaha...blogging nyuplik berita web gedhe...nyuplik blog ku wae iki..wes sue ra aktiv tapi...haha...

    www.sambelterisamino.co.cc
    fuzzyjst.blogspot.com

    BalasHapus
  2. aseeemm. . hahaha. lagi newbie iki dab! ojo diprotes sik. .

    BalasHapus